Ada lima atlet yang memiliki segudang prestasi bagi negeri ini, dengan
masa pengabdiannya yang terbilang awet. Siapa saja mereka?
Rudy Hartono
Hingga
saat ini belum terdengar ada atlet bulutangkis yang menyamai rekornya.
Juara All England tujuh kali berturut-turut, yaitu 1968-1974. Berkat
prestasi luar biasa itu, nama pria kelahiran Surabaya pada 18 Agustus
1949 ini pun tercatat dalam Guinness Book of World Record.
Majalah
terkemuka Times ikut menobatkannya sebagai Asia Hero. Kemudian Rudy
dianugerahi penghargaan Diplome D'Honneur oleh UNESCO, Badan khusus PBB
yang menangani masalah pendidikan, keilmuan dan kebudayaan.
Rudy
pensiun sejak 1982. Kepada Vista, dia menjelaskan, telah membela tim
Indonesia sejak usia 18 tahun. “Saya merasa umur sudah tidak mumpuni
lagi untuk tetap bermain,” katanya.
Atas berbagai prestasi di
kejuaraan internasional dan mengharumkan Merah-Putih, pemerintah
menganugerahinya penghargaan Bintang Jasa Utama.
Christian Hadinata
Pria kelahiran Purwokerto, 11 Desember 1949 ini adalah atlet bulutangkis yang komplet.
Tunggal
hebat, ganda campuran juara, apalagi ganda putra. Di tunggal putra pada
kejuaraan All England 1973, yang menumbangkannya di final adalah
legenda bulutangkis Indonesia, Rudy Hartono.
Pasangannya di ganda
campuran adalah Imelda Wiguna pada 1979. Dan menjadi juara All England
pertama kalinya di ganda campuran untuk Indonesia.
Sementara
untuk ganda putra, kendati sempat berganti-ganti pasangan, momentum
pengumpulan medali paling banyak diraih saat berpasangan dengan Ade
Chandra.
Selain sering jadi juara di All England, suami Yoke Anwar ini juga mempersembahkan
medali emas pada Asian Games saat berpasangan dengan Regina Masli (1974) dan medali perak untuk ganda putra dengan Ade Chandra.
Pernah
menjadi juara dunia, Christian juga meraih medali emas di ganda putra
dengan Ade Chandra pada Asian Games 1978. Namun untuk ganda campuran,
yang dibawa pulang adalah medali perunggu bersama Imelda Wiguna.
Empat
tahun kemudian, dua medali emas ia persembahkan dari Asian Games.
Yakni, ganda putra dengan Icuk Sugiarto dan campuran dengan Ivana Lie.
Masih dengan Ivana, setahun kemudian mereka mendapat medali emas SEA
Games.
Pemain yang masuk World Badminton Hall of Fame (2001) ini
gantung raket ketika usianya menginjak 37 tahun, persisnya setahun
setelah SEA Games 1985, yaitu pada 1986. Christian juga sempat menjadi
pelatih.
Fath Daud Wangka
Atlet ski
air kelahiran Sangir Talaud, Sulawesi Utara, 10 Mei 1965 ini, pensiun
pada usia 47 tahun. Mengikuti SEA Games sejak 1983, Daud memutuskan
pensiun usai SEA Games 2011, saat Palembang dan Jakarta menjadi tuan
rumah, sekaligus kejuaraan internasional terakhir yang diikutinya. Di
2012 ini dia juga berencana pensiun pada September nanti, usai
pergelaran PON XVIII di Riau.
Di usianya yang sudah menginjak 46
tahun, Daud masih ‘sakti’. Medali emas untuk kategori slalom
dipersembahkannya untuk Indonesia.
Pencapaian yang diraih oleh
Daud memang cemerlang. Pada SEA Games 1983, ia mampu menggaet 4 medali
emas dan 1 perak. Lalu di SEA Games 1997, satu emas diperoleh dari nomor
slalom.
Kalau bicara prestasi di kejuaraan nasional, sejak
remaja ia sudah meraih medali emas. Bahkan pada kejuaraan senior 1980,
dari empat nomor yang diikuti, seluruhnya ia menang dan mendapat medali
emas.
Flenty Meity Laurence Enoch
Penantian
12 tahun untuk medali emas di SEA Games tentu bukan waktu sebentar.
Flenty, karateka yang turun di nomor kata perseorangan putri pada pesta
olahraga Asia Tenggara itu di Palembang-Jakarta pada 2011 lalu membayar
penantian tersebut.
Di usianya yang tak lagi muda, 38 tahun, ia
berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia. Setelah itu wanita
yang berlatih karate sejak usia delapan tahun ini, menyatakan pensiun.
Kejuaraan
SEA Games 2011 merupakan yang pertama kali untuknya. Maklum sudah tiga
kali gagal seleksi untuk masuk dalam barisan atlet kejuaraan terbesar
se-Asia Tenggara itu. Namun akhirnya dia diterima dalam tim setelah
melihat prestasinya di sejumlah kejuaraan terbuka yang memang dianggap
layak. Pada kejuaraan karate tingkat Asia di China pada 2011 – tahun
yang sama dengan SEA Games – misalnya, dia berhasil menggondol medali
perunggu.
Flenty akhirnya membayar kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Sekaligus, menutup kariernya sebagai atlet dengan berangkat
ke Jerusalem bersama keluarga, seperti yang diimpikan. Berbekal hadiah
Rp 400 juta berkat medali emas yang diperoleh, tentu memadai.
Kresna Bayu
Atlet
judo ini undur diri di usia 37 tahun, setelah 10 kali ikut SEA Games,
tiga kali Olimpiade: Atlanta, Amerika Serikat (1996), Sidney, Australia
(2000) dan Athena, Yunani (2004).
Pada penutup keikutsertaannya
di SEA Games 2011 lalu, Kresna memperoleh medali perunggu setelah
dikalahkan pejudo asal Thailand. Medali emas terakhir yang diraih pada
ajang kompetisi tersebut, saat diselenggarakan di Laos pada 2009.
Rentetan
medali emas yang diperoleh Kresna sejak SEA Games XVIII di Chiang Mai
pada 1995. Dua tahun kemudian kembali berjaya dengan meraih dua medali
emas sekaligus di kelas 90 kg dan kelas bebas pada SEA Games XIX Jakarta
1997.
Pada event sama tahun 2001 di Kuala Lumpur, lagi-lagi dia
menggondol medali emas. Kini setelah pensiun, pria kelahiran Semarang
pada 24 Desember 1974 itu ingin menjadi pelatih
Posting Komentar - Back to Content